Daily Myth - Misteri keberadaan Putri Duyung dan Putra Duyung selama beberapa pekan terakhir, mengejutkan masyarakat Amerika. Pasalnya salah satu edisi acara televisi 'Animal Planet' menceritakan telah menemukan bukti keberadaan Putri Duyung. Acara yang bertema 'Mermaid: The Body Found' ini sontak membuat gempar masyarakat.
Sejak berabad-abad lamanya keberadaan sosok Putri Duyung masih diliputi misteri gelap. Meski belum pernah ditemukan jasadnya, namun jasad makhluk air setengah manusia setengah ikan ini kerap menjadi penghias cerita-cerita pelaut zaman dulu kala hingga sekarang. Bagaimana diceritakan bahwa Putri Duyung kerap menjadi cobaan tersulit para pelaut tangguh yang tengah mengarungi bahtera.
Dikisahkan juga Putri Duyung pandai bernyanyi dan kematian akan menghampiri para pelaut yang terbuai dengan nyanyiannya. Tayangan serial Animal Planet 'Mermaid: The Body Found' membuat imajinasi publik Amerika kembali tertuju kepada sosok Putri Duyung yang sempat terlupakan. Dalam tayangannya, Animal Planet dengan sangat meyakinkan menunjukkan data tentang adanya manusia setengah ikan. Ditunjang dengan guratan manusia purba di dinding yang menggambarkan sosok manusia berekor ikan. Ditambah Animal Planet juga berani menampilkan gambar-gambar seperti ilustrasi tentang putri duyung yang berinteraksi dengan hewan air lain.
Alhasil banyak yang percaya jika Putri Duyung benar-benar ada setelah menyaksikan tayangan itu. Namun benarkan Putri Duyung benar-benar ada? Lembaga milik pemerintah Amerika Serikat yang meneliti tentang kelautan NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) dengan tegas membantah rumor tersebut. Menurut mereka, tidak ada bukti penunjang yang bisa menunjukkan keberadaan makhluk mitos tersebut. "Keyakinan tentang keberadaan putri duyung telah ada sejak awal kehidupan manusia.
Mitos itu pertama kali muncul lewat coretan-coretan manusia gua di akhir jaman batu sekitar 30 ribu tahun silam," bunyi pernyataan NOAA seperti dilansir Discovery. "Apakah putri duyung benar-benar ada? Tidak pernah ditemukan bukti tentang keberadaan makhluk itu. Tapi mengapa sosok putri duyung ada dalam pikiran bawah sadar para pelaut? Sebaiknya mungkin pertanyaan ini ditujukan kepada para sejarawan dan antropolog.
Sejak berabad-abad lamanya keberadaan sosok Putri Duyung masih diliputi misteri gelap. Meski belum pernah ditemukan jasadnya, namun jasad makhluk air setengah manusia setengah ikan ini kerap menjadi penghias cerita-cerita pelaut zaman dulu kala hingga sekarang. Bagaimana diceritakan bahwa Putri Duyung kerap menjadi cobaan tersulit para pelaut tangguh yang tengah mengarungi bahtera.
Dikisahkan juga Putri Duyung pandai bernyanyi dan kematian akan menghampiri para pelaut yang terbuai dengan nyanyiannya. Tayangan serial Animal Planet 'Mermaid: The Body Found' membuat imajinasi publik Amerika kembali tertuju kepada sosok Putri Duyung yang sempat terlupakan. Dalam tayangannya, Animal Planet dengan sangat meyakinkan menunjukkan data tentang adanya manusia setengah ikan. Ditunjang dengan guratan manusia purba di dinding yang menggambarkan sosok manusia berekor ikan. Ditambah Animal Planet juga berani menampilkan gambar-gambar seperti ilustrasi tentang putri duyung yang berinteraksi dengan hewan air lain.
Alhasil banyak yang percaya jika Putri Duyung benar-benar ada setelah menyaksikan tayangan itu. Namun benarkan Putri Duyung benar-benar ada? Lembaga milik pemerintah Amerika Serikat yang meneliti tentang kelautan NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) dengan tegas membantah rumor tersebut. Menurut mereka, tidak ada bukti penunjang yang bisa menunjukkan keberadaan makhluk mitos tersebut. "Keyakinan tentang keberadaan putri duyung telah ada sejak awal kehidupan manusia.
Mitos itu pertama kali muncul lewat coretan-coretan manusia gua di akhir jaman batu sekitar 30 ribu tahun silam," bunyi pernyataan NOAA seperti dilansir Discovery. "Apakah putri duyung benar-benar ada? Tidak pernah ditemukan bukti tentang keberadaan makhluk itu. Tapi mengapa sosok putri duyung ada dalam pikiran bawah sadar para pelaut? Sebaiknya mungkin pertanyaan ini ditujukan kepada para sejarawan dan antropolog.